Posts Tagged ‘Jenis prosa’

PROSA

Posted: 7 Mei 2012 in Prosa
Tag:, , , ,

Kata prosa berasal dari bahasa latin “prosa” yang artinya “terus terang”. Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya.

Prosa ialah karya sastra dalam bentuk bahasa yang terurai tidak terikat oleh rima, ritma, jumlah baris dan sebagainya, bisa juga diartikan suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya atau bisa juga diartikan sebagai hasil karya sastra lisan dan tulisan yang panjang, baik yang berbentuk cerita ataupun bukan cerita.

Prosa biasanya dibagi menjadi empat jenis:

  • Prosa naratif
  • Prosa deskriptif
  • Prosa eksposisi
  • Prosa argumentatif

Adapun unsur-unsur instrik dalam prosa yaitu:

  1. Tema adalah tentang apa prosa tersebut berbicara.
  2. Amanat atau pesan yaitu nasehat yang hendak disampaikan kepada pembaca.
  3. Plot atau alur adalah rangkaian peristiwa yang membentuk cerita.
  4. Perwatakan atau karakteristik atau penokohan adalah cara-cara pengarang menggambarkan watak pelaku.
  5. Sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan diri.
  6. Sudut pandang orang pertama adalah pengarang sebagai pelaku.
  7. Sudut pandang orang ketiga adalah pengarang tidak menjadi pelaku.
  8. Latar atau seting adalah gambaran atau keterangan mengenai tempat, waktu, situasi atau suasana berlangsungnya peristiwa.
  9. Gaya bahasa adalah corak pemakaian bahasa

Prosa juga dibagi dalam dua bagian yaitu prosa lama dan prosa baru. Prosa lama adalah prosa bahasa indonesia yang belum terpengaruhi budaya barat sedangkan prosa baru ialah prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apa pun.

A.    Prosa Lama

Prosa lama merupakan karya sastra yang belum mendapat pengaruh dari sastra atau kebudayaan barat. Karya sastra prosa lama yang mula-mula timbul disampaikan secara lisan, disebabkan karena belum dikenalnya bentuk tulisan. Setelah agama dan kebudayaan Islam masuk ke indonesia, masyarakat menjadi akrab dengan tulisan, bentuk tulisan pun mulai banyak dikenal. Sejak itulah sastra tulisan mulai dikenal dan sejak itu pulalah babak-babak sastra pertama dalam rentetan sastra indonesia mulai ada. Adapun bentuk-bentuk sastra prosa lama adalah :

1)      Hikayat

Hikayat, berasal dari India dan Arab, berisikan cerita kehidupan para dewi, peri, pangeran, putri kerajaan, serta raja-raja yang memiliki kekuatan gaib. Kesaktian dan kekuatan luar biasa yang dimiliki seseorang, yang diceritakan dalam hikayat kadang tidak masuk akal. Namun dalam hikayat banyak mengambil tokoh-tokoh dalam sejarah. Contoh : Hikayat Hang Tuah, Kabayan, si Pitung, Hikayat si Miskin, Hikayat Indra Bangsawan, Hikayat Panji Semirang, Hikayat Raja Budiman.

2)      Sejarah

Sejarah (tambo), adalah salah satu bentuk prosa lama yang isi ceritanya diambil dari suatu peristiwa sejarah. Cerita yang diungkapkan dalam sejarah bisa dibuktikan dengan fakta. Selain berisikan peristiwa sejarah, juga berisikan silsilah raja-raja. Sejarah yang berisikan silsilah raja ini ditulis oleh para sastrawan masyarakat lama. Contoh : Sejarah Melayu karya datuk Bendahara Paduka Raja alias Tun Sri Lanang yang ditulis tahun 1612.

3)      Kisah

Kisah, adalah cerita tentang cerita perjalanan atau pelayaran seseorang dari suatu tempat ke tempat lain. Contoh : Kisah Perjalanan Abdullah ke Negeri Kelantan, Kisah Abdullah ke Jedah.

4)      Dongeng

Dongeng, adalah suatu cerita yang bersifat khayal. Dongeng sendiri banyak ragamnya, yaitu sebagai berikut :

a)      Fabel, adalah cerita lama yang menokohkan binatang sebagai lambang pengajaran moral (biasa pula disebut sebagai cerita binatang). Contoh : Kancil dengan Buaya, Kancil dengan Harimau, Hikayat Pelanduk Jenaka, Kancil dengan Lembu, Burung Gagak dan Serigala, Burung bangau dengan Ketam, Siput dan Burung Centawi, dan lain-lain.

b)      Mite (mitos), adalah cerita-cerita yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap sesuatu benda atau hal yang dipercayai mempunyai kekuatan gaib. Contoh : Nyai Roro Kidul, Ki Ageng Selo, Dongeng tentang Gerhana, Dongeng tentang Terjadinya Padi, Harimau Jadi-Jadian, Puntianak, Kelambai, dan lain-lain.

c)      Legenda, adalah cerita lama yang mengisahkan tentang riwayat terjadinya suatu tempat atau wilayah. Contoh : Legenda Banyuwangi, Tangkuban Perahu, dan lain-lain.

d)     Sage, adalah cerita lama yang berhubungan dengan sejarah, yang menceritakan keberanian, kepahlawanan, kesaktian dan keajaiban seseorang. Contoh : Calon Arang, Ciung Wanara, Airlangga, Panji, Smaradahana, dan lain-lain.

e)      Parabel, adalah cerita rekaan yang menggambarkan sikap moral atau keagamaan dengan menggunakan ibarat atau perbandingan. Contoh : Kisah Para Nabi, Hikayat Bayan Budiman, Bhagawagita, dan lain-lain.

f)       Dongeng jenaka, adalah cerita tentang tingkah laku orang bodoh, malas atau cerdik dan masing-masing dilukiskan secara humor.

5)      Cerita Berbingkai

Cerita berbingkai, adalah cerita yang didalamnya terdapat cerita lagi yang dituturkan oleh pelaku-pelakunya. Contoh : Seribu Satu Malam

B.     Prosa baru

Prosa baru adalah karangan prosa yang timbul setelah mendapat pengaruh sastra atau budaya Barat. Bentuk-bentuk prosa baru adalah sebagai berikut:

1)      Roman

Roman adalah bentuk prosa baru yang mengisahkan kehidupan pelaku utamanya dengan segala suka dukanya. Dalam roman, pelaku utamanya sering diceritakan mulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Roman mengungkap adat atau aspek kehidupan suatu masyarakat secara mendetail dan menyeluruh, alur bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan). Roman terbentuk dari pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut. Berdasarkan kandungan isinya, roman dibedakan atas beberapa macam, antara lain sebagai berikut:

a)      Roman transendensi, yang di dalamnya terselip maksud tertentu, atau yang mengandung pandangan hidup yang dapat dipetik oleh pembaca untuk kebaikan. Contoh: Layar Terkembang oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Salah Asuhan oleh Abdul Muis, Darah Muda oleh Adinegoro.

b)      Roman sosial adalah roman yang memberikan gambaran tentang keadaan masyarakat. Biasanya yang dilukiskan mengenai keburukan-keburukan masyarakat yang bersangkutan. Contoh: Sengsara Membawa Nikmat oleh Tulis St. Sati, Neraka Dunia oleh Adinegoro.

c)      Roman sejarah yaitu roman yang isinya dijalin berdasarkan fakta historis, peristiwa-peristiwa sejarah, atau kehidupan seorang tokoh dalam sejarah. Contoh: Hulubalang Raja oleh Nur St. Iskandar, Tambera oleh Utuy Tatang Sontani, Surapati oleh Abdul Muis.

d)     Roman psikologis yaitu roman yang lebih menekankan gambaran kejiwaan yang mendasari segala tindak dan perilaku tokoh utamanya. Contoh: Atheis oleh Achdiat Kartamiharja, Katak Hendak Menjadi Lembu oleh Nur St. Iskandar, Belenggu oleh Armijn Pane.

e)      Roman detektif merupakan roman yang isinya berkaitan dengan kriminalitas. Dalam roman ini yang sering menjadi pelaku utamanya seorang agen polisi yang tugasnya membongkar berbagai kasus kejahatan. Contoh: Mencari Pencuri Anak Perawan oleh Suman HS, Percobaan Seria oleh Suman HS, Kasih Tak Terlerai oleh Suman HS.

2)      Novel

Novel berasal dari Italia. yaitu novella yang berarti ‘berita’. Novel adalah bentuk prosa baru yang melukiskan sebagian kehidupan pelaku utamanya yang terpenting, paling menarik, dan yang mengandung konflik. Konflik atau pergulatan jiwa tersebut mengakibatkan perobahan nasib pelaku. lika roman condong pada idealisme, novel pada realisme. Biasanya novel lebih pendek daripada roman dan lebih panjang dari cerpen. Contoh: Ave Maria oleh Idrus, Keluarga Gerilya oleh Pramoedya Ananta Toer, Perburuan oleh Pramoedya Ananta Toer, Ziarah oleh Iwan Simatupang, Surabaya oleh Idrus.

3)      Cerpen

Cerpen adalah bentuk prosa baru yang menceritakam sebagian kecil dari kehidupan pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh ada konflik atau pertikaian, akan telapi hat itu tidak menyebabkan perubahan nasib pelakunya. Contoh: Radio Masyarakat oleh Rosihan Anwar, Bola Lampu oleh Asrul Sani, Teman Duduk oleh Moh. Kosim, Wajah yang Bembah oleh Trisno Sumarjo, Robohnya Surau Kami oleh A.A. Navis.

4)      Riwayat

Riwayat (biografi), adalah suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang lain sejak kecil hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto Anak Desa, Prof. Dr. B.I Habibie, Ki Hajar Dewantara.

5)      Kritik

Kritik adalah karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil karya dengan memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria tertentu yang sifatnya objektif dan menghakimi.

6)      Resensi

Resensi adalah pembicaraan / pertimbangan / ulasan suatu karya (buku, film, drama, dll.). Isinya bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui karya tersebut dari ebrbagai aspek seperti tema, alur, perwatakan, dialog, dll, sering juga disertai dengan penilaian dan saran tentang perlu tidaknya karya tersebut dibaca atau dinikmati.

7)      Esai

Esai adalah ulasan / kupasan suatu masalah secara sepintas lalu berdasarkan pandangan pribadi penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah hidup, tanggapan, renungan, ataupun komentar tentang budaya, seni, fenomena sosial, politik, pementasan drama, film, dll. menurut selera pribadi penulis sehingga bersifat sangat subjektif atau sangat pribadi.

Contoh:

SI CACAT

Kembali ia berjalan tertatih. Menyeret separuh bagian tubuhnya dengan terpaksa. Ia merayap, memelas kepada hampir semua orang yang berlalu-lalang di sekitar jalan protocol ini. Perawakannya kumuh, amat kucel. Tak betahlah mata ini memandangnya berlama-lama. Dengan melasnya ia memita belas kasih dari orang yang lewat. Setengah memaksa, ia meminta beberapa nilai uang dari orang-orang sekitar. Tak tega benar jika melihatnya bertingkah seperti itu. Sungguh memancing rasa empati tiap individu di sekitarnya.

Keadaan kota kian gelap. Mentari perlahan meringkuh ke peristirahatannya sementara waktu. Keelokan langit sore tergambar indah pada cakrawala barat. Induk burung beterbangan menuju sarangnya, berharap buah hatinya puas akan mekanan yang telah dibawanya. Hiruk pikuk kota makin padat. Tiap insan berlomba untuk segera tiba di rumah dan menikmati ketenangan mandi dengan air hangat. Di sisi lain jalan protocol yang kian padat ini, tepat di pinggir jalan ini, sosok yang telah seharian memelas dan menyeret separuh tubuhnya itu mengambil duduk sejenak. Ia tersenyum puas. Bibir sumbing yang siang tadi ia tunjukan, tak tampak lagi. Perlahan ia mengambil sikap siap, dan berdiri sempurna. Sangat kontras dengan keadaan tubuhnya siang tadi. Ia melangkah normal, tak menyeret tubuhnya lagi. Dengan bangga ia menghitung jumlah uang yang ia dapatkan. “Dasar orang-orang bodoh! Mudah sekali untuk mengelabuhi mereka. Dengan begini aku akan kaya! Kaya…. Ya KAYA!!! Hahahahahaha…..!!!!” tawanya lepas. Penuh dengan ketamakan dalam dirinya.
“Wah, Bang banyak banget tuh fulusnya. Ngobyek dimana nih?”

“Eh ya iya lah, siapa dulu, Gue gitu!!! Hahaha!!” jawab Si Cacat sombong.

“Makanye lu lu pade mesti pake otak kalo ngobyek. Jangan Cuma asal minta-minta. Acting dikit kek. Pasang tampang melas gitu!! Pasti dah, bakal kasian liat muka lu pade. Bila perlu nih ye, air comberan elu siram ke badan lu!!! Makin bau, makin jelek, makin banyak duit!!!! Hahahahaha”, tutur panjang lebar Si Cacat, berlagak profesional dalam menipu.
“Bocah, dengerin gue ye… hidup entu cuman buat dapetin duit inget baik-baik, Cuma buat duit. Kagak lebih dari itu!!! Paham???”
“Paham, Bang!!!” jawab bocah-bocah jalanan hampir serentak.

Kehidupan jalanan memang terasa berbeda. Siapa yang kuat, dia ang berkuasa. Sangat persis dengan hukum rimba yang sering kita dengar dalam cerita-cerita fabel. Dan kini, Si Cacat bak dia atas angin. Ia menjadi seorang makelar dadakan di daerahnya. Semua karena uang haram yang ia dapatkan, bukan yang lain.

Seperti kecanduan, Si Cacat terus melakuakan penipuan dengan menjatuhkan harga dirinya. Kembali ia merayap, meronta, berharap belas kasih dari individu yang tengah berlalu-lalang di sekitar jalan protocol tempat ia mangkal. Serasa semua sudah habis hati untuk berempati kepadanya, kian hari makin kecil pula pendapatanya. Suatu ketika ia mulai geram. Saat mentari sudah makin membubung tinggi, tak satu keping uangpun masuk ke dalam gelasnya. Lewat satu orang, berbelas kasih dengan Rp200,00. Tak terima, ia berteriak “Dasar pelit Lu!!!”. “Awas Lu ya, gue sumpain lu jadi kere tau rasa Lu!!!” geramnya dalam hati.

Merasa tempat ia mangkal kurang strategis, ia pindah ke sisi lain jalan protocol yang sama. Tentunya dengan harapan mendapat pemasukan lebih. Pucuk dicita, ulam pun tiba. Bak ditimpa durian montong, selembar uang berwarna biru bertuliskan nominal Rp50.0000,00 masuk kealam gelasnya. Senang bukan kepalang Si Cacat. Tak pernah ia menerima uang sebesar itu. Bahkan penghasilan tertingginya pun, tak mencapai angka Rp50.0000,00. Ia berterima kasih kepada dermawan itu. Tentunya masih dengan gaya sumbingnya. Dimulai dari bagian bawah tubuh Sang Derma, berlanjut ke tengah hingga ke atas. Betapa terkejutnya Si Cacat. Sang Derma merupakan peyandang cacat. Ia berdiri dengan dibantu sebilah tongkat. Rambutnya telah beruban pula. Dengan senyum penuh keramahan, Sang Derma menyapa Si Cacat. “Semoga ini cukup untuk makan,” ujarnya singkat dan berlalu. Langkahnya tertatih. Namun raut wajahnya gambarkan ketegaran. Bak ditimpali rasa malu yang tiada habis, Si Cacat menangis. Ia terdiam. Lidahnya terasa kelu. Badannya gemetar. Per
lahan ia berdiri. Ia lepas perban-perban palsu di kakinya. Ia hapus noda-noda gambaran yang menyerupai borok di badannya. Air mukanya tampak geram, marah, malu. Marah akan dirinya sendiri. Geram akan segala ketamakannya. Malu akan sikap bodoh yang telah ia lakukan. Ia menangis. Ia menyesal. Dilihatnya seorang bocah perempuan kecil yang tengah mengamen. Dipanggilnya bocah itu. “Dek, ini buat kamu. Sekarang kamu pulang gih!!” ujar Si Cacat bijak. Ia menyerahkan selembaran Rp50.000,00 kebanggaannya beberapa menit yang lalu. “Aku bukanlah lagi Si Cacat bodoh. Aku tidak cacat. Sama sekali tidak. Harga diriku masih jauh lebih baik daripada ini semua,” tekad Si Cacat dalam hati, tulus. “Tuhan, maafkan semua kebodohanku dan ketamakanku ini. Sungguh aku telah sesat dibuatnya. Astaghfirullaha’adziim….. astaghfirullahal’aziim…. Astaghfirulahal’adziim…” sesal Si Cacat. Ia melangkah pergi meninggalkan markas besarnya. Langkahnya gontai. Airmata pun tak henti temani langkah demi langkah yang ia jejaki. Si Cacat telah jera. Ia telah lenyap dari muka bumi ini.

Cerita diatas menceritakan tokoh utama yang berpura-pura cacat. Demi mendapatkan uang yang tidak seberapa dia rela mengesampingkan harga dirinya untuk berpura-pura cacat dan menipu orang-orang supaya merasa iba ketika melihatnya. Dari sikapnya dia termasuk orang yang pemalas (dalam hal ini malas berusaha untuk memperbaiki kehidupannya dengan bekerja yang lebih baik daripada menipu) dan tidak dapat bersyukur atas apa yang telah Allah SWT berikan yaitu berupa kelengkapan jasmaninya, dia bahkan sempat menyumpahi orang yang memberinya uang sebesar Rp. 200,-, padahal pemberian seseorang bukan dinilai dari jumlahnya, tapi dinilai dari keikhlasannya, lebih baik memberi sedikit tapi ikhlas daripada memberi banyak tapi hatinya tidak ikhlas.

Sifat tokoh utama cerita diatas sangat bertolak belakang dengan tokoh cacat (sang penderma) yang muncul diakhir cerita. Walaupun tubuhnya benar-benar cacat dan sudah tua tapi tokoh tersebut tidak memanfaatkan kekurangan jasmaninya untuk mengemis atau menipu orang lain. Dia menjalani hidupnya dengan tegar, tebukti dari jumlah uang yang ia berikan kepada tokoh utama. Sifat penderma ini memberikan kita gambaran bahwa orang yang memiliki kekurangan jasmani pun dapat menjalani hidup layaknya orang normal lainnya dan memiliki harga diri lebih baik daripada orang normal yang pekerjaannya hanya menipu untuk mendapatkan harta dunia.

Bukankah tangan di atas jauh lebih baik dari tangan di bawah?
“Setiap orang mampu membohongi orang lain dengan segala kepura-puraannya…… Namun, tiada satupun orang yang mampu membohongi hati nuraninya”

SUMBER:

http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2050683-pengertian-prosa/#ixzz1turwHGIR

http://id.wikipedia.org/wiki/Prosa

http://www.lokerseni.web.id/2012/02/cerpen-motivasi-terbaru-2012-si-cacat.html

PUISI – : – MASALAH KEJIWAAN